Berbulan-bulan lamanya sejak peristiwa malam itu berlalu, namun wajah misterius dari wanita
ber-sweater sweet tak kunjung juga aku lupakan, dari musim duren hingga
musim rambutan tak kunjung aku dapatkan dan tak jua aku temukan ohh
Tuhan... (ehh kok kek nggak asik kalimatnya ya?), dia bak cinderalla
yang hanya bisa dijumpai pada saat malam itu saja, setelah itu ia
menghilang berlari menjauhi pangerannya (iya tenang,bukan aku maksudnya,
puasss??).
Lama
tak kunjung juga bersua kembali, akhirnya, secara berlahan-lahan aku
mulai melupakan wajahnya yang dulu pernah menghantui hari-hariku selama
musim duren dan musim rambutan yang kamarin, namun itu hanya bersifat
sementara, hal tak terduga akan menimpaku setelah sesaat aku bisa move
on dari wajah wanita
ber-sweater sweet itu.
Tepatnya
di Smester 7 adalah waktu dimana mahasiswa di kampus akan membaktikan
dirinya dari ilmu yang ia dapat selama hampir 3 tahun di bangku
perkuliahan untuk diaplikasikan dan di praktekan kepada masyarakat disekitarnya.
Aku
mendapatkan jatah kelompok nomor 44 yang didalam kelompok itu terdapat 7
orang lainnya, dan yang pasti aku yang terganteng di dalam kelompok itu
(karena yang lainnya cewe, pfftft ganteng level maksa).
Kebayang
nggak, tau-tau kamu ditempatkan disuatu daerah yang kamu sendiri belum
pernah mendatanginya dan harus bertanggung jawab atas jiwa 7 orang
wanita dalam waktu satu bulan? yang ada dalam pikiranku saat itu adalah
kalimat "mati aku"(sambil tepok jidat)
Bukannya
apa-apa, ngurus diri sendiri saja kadang belum bener, ini tiba-tiba
harus menjaga 7 wanita dalam bersamaan udah seperti cerita rakyat jaka
sembung dan 7 bidadari, namun jaka sembung masih beruntung dia dapat
salah satu dari ke-7 bidadari dari kayangan itu, lah aku? boro-boro
dapat satu, mikiri mereka bisa pulang dengan selamat ke kos
masing-masing saja aku sudah sangat bahagia (bilang aja nggak ada yang
mau, pffttt lagi).
Kami
ditempatkan di Gampong Buket Juara, 1 Km jaraknya dari kota Idi,
Kabupaten Aceh Timur, sesuai dengan namanya, kampung yang dalam bahasa
Aceh disebut Gampong ini memang terletak diatas bukit atau dalam kata
lain berada di dataran tinggi, walaupun dekat dengan kota namun hampir
70% wilayahnya masih merupaka hutan.
Katanya,
dulu kampung ini dihuni oleh orang-orang yang mempunyai ilmu bela diri
dan ilmu kebatinan, makanya disebut dengan Gampong Buket juara. meski
letak geografisnya di dataran tinggi, namun cuaca di gampong ini sama
saja dengan wilayah Aceh pesisir lainnya (panas maksudnya), dan yang
pasti permasalahan dikebanyakan kampung di Aceh Timur adalah sulitnya
mendapatkan air yang jernih dan tidak berbau, hal ini juga dialami oleh
kampung tempat kami tinggali selama sebulan kedepan ini.
Ilustrasi Perjumpaan C: Dokumen |
Dengan
kondisi tersebut, keluhan demi keluhan dan permintaan demi
permintaanpun mulai keluar satu per satu dari 7 bidadari tersebut, dan
semua tertuju kepadaku, mulai dari permintaan menyediakan air bersih
setiap harinya yang sangat sulit dipenuhi di kampung ini.
Air
yang tersedia hanyalah air berwarna kecoklatan dan berbau, mereka
enggan untuk menggunakan air tersebut jadilah setiap dua hari sekali aku
harus ke kota idi mencari orang yang mau mengantarkan 1000 ml air
bersih dengan harga 50k, harga wajarnya biasa berkisar 30k, namun kata
abang yang menjual air itu wilayah kampung yang kami tempati cukup jauh
jadilah ditambah 20k, namun belakangan aku ketahui orang-orang di
kampung itu juga sering membeli air bersih 1000 ml sama dengan kami
dengan harga 30k.
Tugas
mecari orang mengantar air akan berhenti jika hujan deras turun di
kampung itu, namun tugas lainnya akan datang, aku harus gerak cepat
menampung dan memindahkan air hujan itu kedalam bak mandi para 7
bidadari, kebayang encoknya kekmana nggak??
Lalu,
apakah aku mandi ditempat yang sama dengan 7 bidadari? ngaco
pertanyaan, tentu saja tidak, setiap harinya 1 kali sehari (biasanya
siang hari) aku akan membawa perlengkapan mandiku untuk pergi ke sebuah
masjid yang lumayan besar di kota Idi untuk menumpang mandi, jika di
masjid itu tidak ada air atau sedang penuh pengunjung (ahahahha)
biasanya aku akan pergi ke masjid yang agak jauh lagi dari Buket Juara
yakni masjid agung kota Idi (harus pandai-pandai kalau mau mandi disini,
karena ada bacaannya dilarang mandi, jadi harus cepat dan senyap kalau
mau mandi ahahahah)
Tak
hanya air, aku juga memiliki tugas rutin lainnya yakni membeli segala
perlengkapan untuk masak-memasak dan cemilan rutin mereka yang super
banyak kalah dengan kebutuhan makan sehari-hari mereka, bukannya mereka
malas, budaya di kampung itu mengajarkan dimana lelakilah yang berhak
keluar dan membeli segala keperluan rumah termasuk belanja, perempuan
hanya dirumah, dan menunggu barang-barang itu datang, hal ini sangat
terbalik dengan budaya yang ada dikampung tempat asalku.
Dengan
budaya itu membuat aku agak sedikit tersiksa selama sebulan, dimana
kerjaan 7 bidadari itu hanyalah dirumah saja, segala urusan diluar semua
menjadi tugasku, hal inilah membuat aku tak betah berada dirumah tempat
tinggal kami sementara selama di Buket Juara, selain tak ada teman
mengobrol juga tak ada kerjaan yang bisa aku kerjakan dirumah itu,
karena ibu yang punya rumah yang biasa kami panggil mamak sangat
melarang anak laki-laki mengerjakan kegiatan dirumah, seperti memasak,
bersih-bersih, bahkan hal sepele seperti untuk membuat segelas kopi
hitam saja aku tidak diperkenankan untuk membuatnya, pekerjaan itu
diserahkan kepada 7 bidadari, jadilah setiap pagi aku sudah dibuatkan
kopi oleh mereka (ada untungnya juga eheheh) dan juga enaknya lagi
bahkan nasi juga dihidangkan sebelum aku datang keruang makan (udah kek
berasa jadi raja ahahahha).
Untuk
mengisi rasa kebosanan karena tak ada yang dapat aku kerjakan dirumah
itu, jadilah setiap harinya dari mulai pagi selepas sarapan sampai sore
hari aku berada ke kampung sebelah yang juga terdapat kelompok anak
kuliah kerja nyata (KKN) sama seperti kami, dimana disana terdapat 2
orang laki-laki ditempatkan, jadilah setiap waktu tongkronganku berada
dikampung itu, jika 7 bidadari itu memerlukanku, mereka sudah hapal
betul kemana mereka harus mencari.
***
Seperti
biasanya, setelah sarapan pagi, aku sudah melaju kencang sepeda motor
kelompok (namanya saja motor kelompok, kenyataanya 90% aku yang kuasai
ahahahah), motor itu kami bawa dari Banda Aceh khusus untuk kegiatan
kami di Kampung Buket Juara.
Tujuanku
sudah jelas ujung-ujungnya pasti ke kampung sebelah, Gampong Buket Pala
(kampung ini tidak berada di bukit, namanya saja disebut bukit),
basecamp anak kkn Buket Pala dipisahkan antara laki-laki dan perempuan,
berbeda dengan kelompok kami, basecamp kami berada ditempat yang sama
(kata ibu Geuchik/kepala desa Buket Juara, sayang nanti aku sendiri
kendinginan kalau tinggal di Meunasah (Mushola) ahahahah terima kasih
banyak atas perhatiannya Ibu Geuchik Buket Juara, semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT Aamiin)
Ilustrasi C: Google |
Matahari
sudah mencapai puncaknya pada hari itu, cuaca mungkin mencapai 35
drajat, karena sudah tak tahan lagi kegerahan, aku mengajak salah satu
kawan dari buket pala yang biasa aku panggil pak dokter (karena bakal
calon dokter kala itu sekarang sedang koas, semoga sukses koasnya pak
dokter), aku mengajaknya mencari kedei (warung) yang menjual es batu dan
sejenisnya sekalian kalau ada makanan ringan.
Tujuan
kami adalah kampung sebelahnya lagi, yang berada di barat gampong Buket
Juara, namanya Gampong Gureb Blang, disana juga aku dengar ada
ditempatkan anak KKN namun belum tau siapa-siapa saja yang ditempatkan
disana, kampung ini termasuk sudah maju rata-rata rumah warga sudah
berbentuk permanen, terdapat beberapa rukoh dan disini juga terdapat
sekolah mulai dari TK, SD dan SMP berbeda dengan kampung kami yang
kebanyakan rumah warganya masih semi permanen dan belum tersedia
fasilitas rumah sekolah.
Setelah
membeli es batu dan temannya (gorengan) aku berinisiatif untuk
mendatangi basecamp anak kkn di Gureb blang kali aja ada teman dari satu
fakultasku, kan jadi nanti lebih bervariatif tempat nongkrongku bukan
hanya di Buket pala saja dan pak dokter juga tidak merasa keberatan
untuk menyinggahi anak-anak kkn gureb blang, itung-itung silahturahmi.
Usut
punya usut setelah sampai di basecamp gureb blang, ternyata mereka juga
hanya memiliki satu orang anak laki-laki dalam anggota kelompok namun
jumlah mereka hanya 6 orang saja, jadi 5 cewe dan 1/2 cowo (kalau yang
paham maksudnya komen di bawah ya ahahaha)
Kami
mengunjungi mereka pas waktu makan siang tiba, namun yang ada hanya 5
anggota mereka, akupun sempat menduga-duga siapa satu lagi anggota
mereka yang tidak hadir, kemana dia? apa dia sakit? atau udah kabur
pulang duluan, lantaran sudah nggak betah dengan cuaca panas (dalam hati
tidak aku ungkapkan)
Pertanyaanku
segera terjawab tatkala datang seorang wanita dari kejauhan dengan
paras yang tak asing lagi bagiku, yang begitu aku rindu-rindukan, apakah
dia si Wanita Ber-Sweater Sweetku yang selama ini aku nanti-nanti??
Ohh
tuhan benarkah dia? atau mirip dia? jantungku berdetup dengan
kencangnya, dan darahku berdesir menaik keatas (sensasinya pasti pernah
kalian alami), inilah momen yang selama ini aku nanti-nantikan, dia
semakin mendekat kepadaku (karena aku berdiri paling dekat dengannya),
halusinasipun mulai bermain, nyata atau khayalan tak dapat aku bedakan
sekarang, aku merasa terjebak dalam lingkaran yang membiusku.
Diapun
mulai tersenyum kepadaku? (apakah kepadaku?) samar ku dengar dengan
lembut dia memanggil namaku? (darimana dia tau?) secara berlahan-lahan
diapun melewati diriku menghampiri teman-teman kelompoknya, gagal lagi
aku ingin menyapanya, mulutku seakan tertutup rapat dan kakiku terikat
kuat untuk sekedar senyum dan menghampirinya, lalu aku putuskan untuk
berlari menghindari dia sejauh mungkin, aku merasa telah menjadi manusia
paling gagal saat itu, namun hatiku juga terasa senang., akhirnya aku
bisa berjumpa kembali dengan Wanita Ber-Sweater Sweetku.....(Bersambung)